Nadya, putri dari Ningrum, adalah siswa SMP dan gadis tomboy yang
pemberani. Sejak ayahnya, Pak Deden, meninggal dunia, Nadya dan adik
lelakinya, Fahmi, tinggal bersama ibu di sebuah rumah sederhana.
Gara-gara Fahmi terluka akibat ditabrak seorang pencopet di pasar, Nadya
sempat berkelahi dengan copet itu.
Sesuai pesan almarhum ayahnya, Nadya ingin meneruskan sekolah ke
pesantren. Tapi ia menghadapi persoalan lain di sekolah, dan sempat
ditegur kepala sekolah, karena menunggak SPP sampai tiga bulan. Untuk
bisa membayar SPP Nadya itu, Ningrum berkorban dengan menggadaikan
cincin kawinnya.
Sementara itu, Satrio, adik Ningrum yang sarjana tapi penganguran, mulai
menumpang tinggal di rumah Ningrum sambil mencari pekerjaan. Ningrum,
yang bekerja sebagai pedagang di pasar tradisional, menghadapi persoalan
rencana relokasi pasar, yang bisa menggusur pedagang kecil. Ningrum
masih suka terkenang pada mendiang suaminya. Sedangkan Fahmi masih
merasa kehilangan atas wafatnya sang ayah, sehingga sering terbawa
mimpi.
Episode 2
Maeng dan Nengsi adalah pengamen, yang sering mengamen di pasar
tradisional tempat Ningrum berdagang. Maeng, pria yang penampilannya
feminin, adalah keponakan Nengsi. Nengsi suka menyanyi dangdut. Tapi
penghasilan dari mengamen tidak memadai sehingga bikin mereka kecut.
Maeng, yang jadi banci akibat salah sosialisasi sejak kecil, juga merasa
sedih karena krisis identitas.
Bimo, tukang kredit yang biasa menarik tagihan, jatuh hati pada Ningrum
yang masih cantik, meski berstatus janda. Bahkan Bimo sempat menyambangi
Ningrum ke rumah, tapi tak diacuhkan oleh Ningrum. Sementara itu, para
pedagang pasar yang gelisah karena akan tergusur oleh proyek relokasi,
urunan uang untuk menyelenggarakan aksi demonstrasi, guna menentang
renovasi.
Untuk menebus cincin ibunya yang tergadai, Nadya ikut lomba karya tulis.
Temanya tentang nasib pedagang kecil di pasar tradisional, yang
terancam tergusur oleh renovasi tanpa mendapat lokasi pengganti yang
memadai. Di sekolah, Nadya sering direndahkan oleh Gita, yang anak orang
kaya, tetapi Nadya selalu didukung oleh sahabatnya, Rini.
Episode 3
Karena mau masuk bulan Ramadhan, Ningrum mencoba menambah penghasilan
dengan berjualan makanan untuk berbuka puasa di dekat rumahnya.
Di sisi lain, rencana renovasi pasar tradisional akan segera dilakukan,
tetapi banyak pedagang yang enggan direlokasi. Oknum pelaksana proyek
renovasi pasar diam-diam melakukan cara-cara kotor, dengan merusak kios
para pedagang yang dianggap enggan disuruh pindah.
Sementara itu, Nadya dan sahabat-sahabatnya digelisahkan oleh rencana
pimpinan sekolahnya untuk melarang pemakaian jilbab oleh siswa di
sekolah. Tetapi keinginan Nadya untuk berjilbab malah diejek oleh Gita
dan teman-temannya.
Menyadari kesulitan keuangan yang dihadapi keluarganya, Fahmi ingin ikut
berjualan koran dengan Adam, untuk tidak menambah beban ibunya.
Satrio masih sibuk mencari lowongan pekerjaan, tetapi tidak mudah rupanya mencari lowongan yang cocok dengan kualifikasinya.
Episode 4
Ibu Ida kecopetan di angkutan umum, tetapi si copet tak sempat membawa
lari isi dompet itu, karena secara tak sengaja dompet yang dicopet itu
jatuh dan sampai ke tangan Satrio. Satrio menghadapi pertentangan batin,
antara kebutuhan nyata untuk menggunakan uang di dalam dompet itu, dan
rasa kejujurannya yang ingin mengembalikan dompet itu ke tangan
pemiliknya yang berhak.
Fahmi akhirnya mencari uang dengan cara mengamen bersama Adam. Ini
dilakukan diam-diam agar tidak diketahui ibunya, Ningrum. Tetapi karena
kecapekan mengamen, Fahmi sempat sakit.
Alim, kepala proyek renovasi pasar, mendapat tekanan dari kliennya untuk
segera melakukan renovasi, meski banyak pedagang masih enggan
direlokasi. Alim ingin menjalankan proyek secara jujur, tanpa terlalu
menyusahkan para pedagang kecil, meskipun anak buahnya sendiri ingin
menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan proyek itu.
Episode 5
Kehidupan jalanan yang keras dijalani Fahmi bersama Adam, sebagai
pengamen cilik. Mereka harus berkonflik dengan sesama pengamen, yang
dikoordinir preman penguasa wilayah. Karena Fahmi lama mengamen dan
pulang terlambat, Ningrum sempat khawatir terhadap Fahmi.
Sementara itu, Nadya dan Satrio membantu Ningrum, berjualan penganan
untuk berbuka puasa di dekat rumah. Untuk meningkatkan omzet penjualan,
Nadya berinisiatif menawarkan dagangannya dengan cara berkeliling
menggunakan sepeda.
Satrio tahu bahwa pemilik dompet yang kini ada di tangannya itu adalah
Ibu Ida, guru Nadya. Satrio akhirnya memutuskan untuk mengembalikan
dompet itu ke Ibu Ida, dengan langsung mendatangi rumah Ibu Ida.
Di saat lain, Ningrum mengikuti pengajian di masjid yang dipimpin oleh Nyai, istri pemilik pesantren.
Episode 6
Memasuki bulan puasa, Ningrum tiba-tiba merasa kangen sekali dengan
almarhum suaminya. Dulu –saat suaminya masih ada- dia tidak merasa
begitu susah sebab dia punya tempat untuk curhat dari segala
permasalahan yang dia hadapi. Dia juga punya tempat berbagi sehingga
persoalan apapun menjadi tak begitu berat, seperti dalam menangani
anak-anak, atau urusan rumah tangga lainnya.
Satrio yang masih mencari-cari pekerjaan, kini punya kesibukan baru
yakni melakukan pendekatan ke Bu Ida, guru sekolah Nadya. Salah satu
yang dilakukannya adalah dengan berpura-pura menjemput Nadya di
sekolahnya.
Alim, orang yang diserahi tanggung jawab mengurus relokasi pasar,
ternyata memiliki masalah pribadi. Ia harus mengurus putrinya sendiri,
karena istrinya lumpuh akibat kecelakaan mobil. Alim datang ke pasar
untuk mengetahui kondisi sebenarnya, kenapa relokasi pasar begitu sulit
dilakukan. Saat itulah dia bertemu Ningrum. .
Nadya mendapat masalah baru, sebab dagangan kelilingnya tanpa sengaja
ditabrak oleh Bondang, preman pengangguran yang sering membawa motor
secara ugal-ugalan.
Episode 7
Kerena dagangannya ditabrak Bondang, kaki Nadya terluka dan berdarah.
Alim yang kebetulan lewat menolong Nadya, mengantarkannya ke rumah, dan
bertemu Ningrum lagi. Simpati Alim bertambah setelah tahu kehidupan
Ningrum dan perjuangannya menghidupi anak-anak setelah suaminya
meninggal. Namun, kehadiran Alim di rumah Ningrum menimbulkan praduga
dan bisik-bisik tetangga. Apalagi mengingat status Ningrum sebagai janda
yang masih cantik.
Untuk memulai hubungan baru dengan perempuan lain, Alim sendiri masih
merasa berat karena dihantui rasa bersalah akibat kecelakaan yang
menimpa istrinya, Anggi. Namun, Putri, anak perempuan Alim, tidak
menyalahkan ayahnya atas kecelakaan itu.
Di waktu lain, untuk membalas perlakuan Bondang, Nadya dan kawan-kawan
mengerjai Bondang ketika preman tanggung itu sedang petantang-petenteng
di sekolah. Bondang, yang kebetulan juga alumnus sekolah itu, terkecoh
oleh jebakan Nadya dan terpaksa harus mengantarkan Kepala Sekolah
pulang.
Pada suatu kesempatan, Adam dan Fahmi bertemu dengan Maeng dan Nengsi
yang barusan mengamen. Lewat percakapan mereka, Maeng merasa diingatkan
untuk insyaf dan kembali menjalani kehidupan sebagai laki-laki normal,
bukan banci.
Episode 8
Kedatangan Reyhan, putra pemilik pesantren, ke sekolah Nadya menjadi
perhatian para siswa putri. Reyhan yang ganteng menawarkan program
Santri Kilat (sanlat) di pesantren untuk para siswa SMP. Nadya ingin
ikut Sanlat tetapi ia merasa resah memikirkan biayanya, yang
dikhawatirkan akan memberatkan ibunya. Untung, sahabatnya Rini mau
membantu.
Damar, siswa jago olahraga yang populer di sekolah, juga mau ikut
sanlat. Hal ini membikin kesal Gita, ”musuh” Nadya di sekolah, yang
sangat menyukai Damar.
Di sisi lain, kepala sekolah marah kepada para guru, karena adanya siswi
yang berjilbab. Hal ini dianggapnya melanggar peraturan.
Sementara itu, Satrio bertemu teman lamanya, Edo. Satrio gembira karena ditawari pekerjaan.
Episode 9
Maeng dan Nengsi merasa prihatin, karena uang hasil mengamen sangat
minim. Mereka kebetulan bertemu Ayu, si pencopet cantik, dan diajak
bekerjasama mencari mangsa untuk dicopet. Nengsi tegas menolak, tetapi
Maeng terbujuk oleh ajakan Ayu.
Di saat lain, Satrio merasa tak enak hati, setelah menjalani pekerjaan
yang ditawarkan teman lamanya, Edo. Ternyata Satrio disuruh menjadi tim
penagih utang, yang tak segan-segan menyita harta milik orang yang
ditagih utangnya.
Sementara proses relokasi pedagang pasar berjalan lambat, Ratno dan
sejumlah anak buah Alim bermain mata dengan Boby, yang kalah tender
dalam proyek renovasi pasar. Mereka tak sabar dengan sikap hati-hati
Alim, yang melakukan pendekatan kemanusiaan dalam melaksanakan tugas
merelokasi pedagang.
Fahmi dan Adam, yang mencari uang dengan mengamen, kali ini harus
berurusan dengan Bang Jari. Bang Jari adalah preman setempat, yang
mengkoordinir dan memeras tenaga anak-anak pengamen jalanan di daerah
bersangkutan.
Episode 10
Program santri Kilat (sanlat) di pesantren akhirnya jadi berlangsung,
diikuti oleh Nadya, Rini, Gita, Damar, dan para siswa lain. Santri putra
dan putri dipisah asramanya. Gara-gara ada santri putri yang menangis
di tengah malam, karena kangen pada ibunya, suasana pesantren sempat
heboh. Hal ini karena suara tangis itu dikira berasal dari hantu.
Nadya sendiri juga merasa rindu pada ibunya, yang belum sempat
menjenguknya di pesantren. Padahal sejumlah orangtua siswa lainnya sudah
datang ke pesantren.
Alim sementara itu dinasehati oleh kakak kandung dan kakak iparnya, agar
segera menikah lagi, karena istri Alim, Anggi, tak juga menunjukkan
tanda-tanda akan sembuh dari kelumpuhan. Namun, sikap Alim yang enggan
mencari istri baru membuat kakaknya kesal.
Episode 11
Sejak mendapat order pekerjaan dari Edo, kondisi keuangan satrio
membaik. Namun, ia mengalami konflik batin, karena tidak suka dengan
kerja sebagai penagih utang, yang tak jarang harus tampil tanpa belas
kasihan, ketika menyita harta para penunggak utang.
Di pasar, persekongkolan untuk merelokasi pedagang tradisional terus berlangsung.
Sementara itu, Ningrum sempat berselisih dengan Tini, penjual yang
berdagang di sebelah kiosnya, gara-gara Tini melakukan praktik curang
pada pembeli dengan cara mengakali timbangan.
Ketika pulang dari pasar, Ningrum memergoki anaknya, Fahmi, yang
berpakaian kumal karena baru pulang mengamen. Ningrum jadi kesal, karena
Fahmi terkesan mulai tidak jujur.
Alim mampir ke rumah Ningrum, dan dengan niat baik memperbaiki sepeda
Nadya yang penyok bekas tabrakan. Tetapi kehadiran Alim di sana justru
menjadi sumber gosip, karena Tini sengaja menyuruh Bondang untuk
memata-matai.
Episode 12
Tini menyebarkan gosip ke Pak Bimo bahwa Ningrum sudah punya pacar baru.
Ini sesudah Bondang melaporkan, Alim sempat datang ke rumah Ningrum.
Akibatnya, Tini dan Ningrum bertengkar hebat. Sebetulnya, gosip ini
muncul berakar dari kecemburuan Tini pada Ningrum yang lebih cantik.
Sementara itu, Ratno dan Joni berusaha memprovokasi Alim, atasannya,
agar segera bertindak merelokasi pedagang tradisional. Tetapi Alim, yang
merasa curiga, tidak mudah dikecoh. Ini membuat Ratno dan Joni kesal.
Pada kesempatan lain, Maeng dan Nengsi berdialog panjang. Maeng
merenungkan pertentangan batin dalam dirinya, dengan tampilannya sebagai
banci, tetapi ada dorongan untuk kembali berperilaku sebagaimana
layaknya laki-laki normal.
Episode 13
Pesantren jadi heboh, sesudah Gita, selaku salah satu peserta Santri
Kilat (sanlat), melaporkan kehilangan dompetnya. Karena sudah terlanjur
benci pada Nadya, sasaran kecurigaan Gita langsung saja tertuju pada
Nadya. Ternyata dompet itu cuma terselip di bawah tikar masjid.
Ningrum mengunjungi Nadya di pesantren. Ketika ngobrol, Nadya
mempertanyakan arti kunjungan Alim ke rumah ibunya. Nadya menduga, Alim
mencoba mendekati ibunya, padahal Nadya belum rela ada lelaki lain
menggantikan posisi mendiang ayahnya. Pernyataan Nadya membuat Ningrum
tertegun.
Pada kesempatan lain, Fahmi dan Adam yang sedang mengamen menemukan uang
50 ribuan, yang terserak jatuh dari tas Putri –anak perempuan Alim.
Sesudah sempat menimbang-nimbang, Fahmi dan Adam mengembalikan uang itu
ke Putri.
Karena penampilannya yang feminin, Maeng --yang sedang berjalan bersama
Nengsi-- pada suatu ketika diejek sekelompok pemuda iseng. Berkat
kefasihannya membaca Al-Quran, Maeng bisa menundukkan kelompok pemuda
iseng tersebut.
Episode 14
Nengsi sedih karena sampai saat ini belum juga punya pacar atau pasangan
hidup. Maeng berusaha menghibur Nengsi. Nengsi agak iri pada Maeng,
yang meskipun banci ternyata masih cukup menarik bagi lawan jenis.
Karena tak tahan terus-menerus digosipkan dengan lelaki lain, dan
disindir dengan kalimat yang tak mengenakkan hati, Ningrum akhirnya
mengajak bicara langsung dengan Tini. Ketika itu, Tini keceplosan bicara
bahwa dia sebetulnya iri melihat Ningrum yang cantik dan mudah
memancing perhatian lelaki. Padahal mereka berdua sama berstatus janda.
Sesudah percakapan itu, Ningrum dan Tini berbaikan kembali.
Di sisi lain, Alim sedih karena kondisi istrinya Anggi, yang menderita
lumpuh, belum menunjukkan tanda kepulihan. Meski Alim sudah
berkonsultasi dengan dokter. Alim juga berusaha menghibur anaknya Putri.
Sementara itu, pedagang tradisional di pasar tempat Ningrum berdagang
ternyata tidak kompak. Sebagian mereka dapat dikecoh untuk mendukung
relokasi pasar.
Episode 15
Meski sedang sama-sama mengikuti program Pesantren Kilat (sanlat),
perselisihan antara Nadya dan Gita –masing-masing dengan teman
pendukungnya—tidak berhenti. Penyebabnya dipicu oleh kegusaran Gita,
karena Damar –cowok yang ditaksirnya dan juga peserta sanlat—justru
terlihat mendekati Nadya. Melihat Damar kebetulan berduaan dengan Nadya
di waktu malam, Gita segera mengadukan hal itu ke Kyai dan Reyhan.
Para guru SMP mengunjungi para siswa mereka, yang sedang mengikuti
sanlat di pesantren. Kepala sekolah, yang keras menolak pemakaian jilbab
di sekolah, menyuruh Ibu Ida mengurus pembelian buah-buahan buat para
peserta sanlat.
Sementara itu, Fahmi mencari tambahan penghasilan dengan berjualan koran
bersama Adam di stasiun KA. Fahmi mengajak Adam mengunjungi Nadya ke
pesantren. Karena itu, ia terlambat pulang sehingga membikin Ningrum
cemas dan marah.
Episode 16
Pertemuan Nadya dan Damar di waktu malam, yang sebenarnya terjadi secara
kebetulan, menjadi berbuntut panjang gara-gara diadukan oleh Gita ke
otoritas pesantren. Keduanya dicurigai berpacaran, ssuatu yang dilarang
keras di lingkungan pesantren, meskipun bagi peserta Pesantren Kilat
(sanlat).
Nadya dan Damar terancam terkena sanksi berat. Untunglah, kyai dan nyai
selaku pimpinan pesantren tidak mau bertindak gegabah. Mereka tidak
mentah-mentah percaya saja pada pengaduan Gita.
Episode 17
Kehadiran Aisyah, keponakan nyai, yang suka memoret, cukup memeriahkan
suasana di pesantren. Gara-gara Aisyah, sejumlah santriwati peserta
Pesantren Kilat (sanlat) jadi senang bergaya di depan kamera.
Dalam kasus tuduhan berpacaran, otoritas pesantren akhirnya memutuskan,
Damar dan Nadya tidak bersalah. Hal ini terjadi berkat bocoran info dari
Aisyah, yang tanpa sengaja menguping ucapan Gita, bahwa Gita sebagai
saksi sebenarnya memang tidak melihat hal-hal yang aneh dalam kasus
Damar dan Nadya. Walaupun demikian, Damar dan Nadya tetap mendapatkan
teguran dari pesantren serta sanksi. Bukan karena pacaran, tetapi karena
tidak berada di kamar pada waktu yang seharusnya.
Ningrum mengunjungi pesantren untuk menjenguk Nadya. Karena merasa
rikuh, ia menolak diantar oleh Alim. Di pesantren, Ningrum bertemu
Ustadz Zaki, yang merasa jatuh hati melihat kecantikannya.
Pulang ke rumah, Ningrum merasa lemas dan gemetar. Ia terserang penyakit
yang tak jelas. Akhirnya, Fahmi pula yang harus merawat ibunya di
rumah.
Episode 18
Para pedagang tradisional kesal, karena meski sudah iuran uang untuk
mengadakan demo, demo yang bertujuan memprotes rencana relokasi pedagang
itu tak kunjung terwujud. Mang Usep, yang biasa mengumpulkan setoran
sumbangan, jadi sasaran kekesalan. Namun, beberapa pedagang sempat
terbujuk untuk mendukung percepatan relokasi, karena diiming-imingi
janji mendapat lokasi yang strategis.
Meski masih merasa sakit, Ningrum memaksa diri berjualan di pasar.
Akibatnya, dia malah muntah-muntah, sehingga menimbulkan kecurigaan Tini
bahwa Ningrum sedang hamil.
Pak Bimo, tukang kredit yang sedang ada hati pada Ningrum, jadi kesal
dan cemburu karena curiga Alim sedang mendekati Ningrum. Bimo memaksa
mau menagih cicilan utang Ningrum, sehingga berkonflik dengan Alim.
Satrio, yang baru datang ke pasar untuk menjenguk kakaknya Ningrum,
merasa terpukul. Satrio melihat perilaku Bimo persis seperti pencerminan
dari pekerjaannya sekarang, yang juga menagih utang secara paksa
terhadap orang lain. Saat itu Ningrum mendadak pingsan, sehingga segera
dibawa oleh Satrio ke rumah sakit.
Episode 19
Gara-gara salah paham, mengira ibunya meninggal, Fahmi sempat menangis
keras. Ningrum memang jatuh sakit, mual, dan muntah-muntah. Nadya, yang
sedang mengikuti program Pesantren Kilat (sanlat), juga merasakan
firasat tentang sakitnya Ningrum. Di rumah, Satrio dan Fahmi harus
bergantian merawat Ningrum.
Sementara itu, Alim menempatkan istrinya Anggi yang menderita lumpuh di
rumah ibu Anggi. Dengan demikian, ada yang menjaga Anggi dan ada yang
menemani anak perempuannya, Putri. Alim tetap merasakan pertentangan
batin, antara cintanya pada istri dan dorongan dari saudaranya untuk
menikah lagi.
Di pasar, Tini, Bang Mamat, dan sejumlah pedagang lain kesal, karena
para pedagang tradisional ternyata tidak kompak. Ada sejumlah pedagang
yang terhasut mendukung relokasi pasar secepatnya. Sedangkan, Alim
didesak oleh atasannya untuk segera membereskan proyek renovasi pasar.
Satrio memutuskan berhenti bekerja pada Edo, karena merasa kerja menagih
utang secara paksa itu tak sesuai dengan suara hatinya. Gara-gara
pilihanya itu nyaris Satrio jadi korban aksi brutal Edo.
Episode 20
Nengsi dan Maeng yang berjalan tak tentu arah, terdampar di sebuah
masjid. Maeng merasa tersentuh mendengar tausiah Ustadz Zaqi di masjid
itu. Seusai tausiah, Ustadz Zaqi secara khusus menasehati Maeng agar
kembali menjadi ”laki-laki sejati,” karena haram hukumnya lelaki
berpenampilan seperti perempuan.
Sementara itu, Satrio berlatih orasi, untuk persiapan pekerjaan barunya
sebagai koordinator demo. Kerja ini adalah order dari temannya, Yura.
Dalam perjalanan, Satrio kecopetan. Pencopet dompet itu adalah Ayu, si
copet cantik. Karena dompet itu ternyata kosong, Ayu punya ide untuk
mengembalikan dengan harapan mendapat upah. Tetapi apa lacur, justru
Satrio bisa menebak taktiknya dan membuka kedok Ayu. Ayu dinasehati
supaya insyaf dan berhenti mencopet.
Alim, yang tertarik pada Ningrum, mengajak anaknya Putri untuk menjenguk
Ningrum yang sedang sakit. Di rumah Ningrum, Putri jadi bertemu lagi
dengan Fahmi dan Adam.
Episode 21
Kepala sekolah minta Bu Ida memberitahu para siswa peserta Pesantren
Kilat (sanlat), bahwa mereka harus memakai pakaian biasa lagi (tidak
berjilbab) ketika masuk sekolah lagi nanti. Bu Ida yang sedang menuju
pesantren dibuntuti oleh Bondang, sehingga ketakutan melihat gaya preman
tanggung itu. Bondang yang ugal-ugalan malah jatuh dari motor.
Satrio menjenguk Nadya di pesantren, dan tak sengaja bertemu Bu Ida di
pesantren. Bondang yang mau mendekati Bu Ida jadi batal, karena melihat
Satrio. Ustadz Zaqi yang menaruh hati pada Ningrum sempat was-was,
karena mengira Satrio itu suami Ningrum. Sedangkan Bondang, sesudah
gagal mendekati Bu Ida, kini berbalik merayu Tini.
Di pesantren, terjadi kesalahpahaman karena surat Damar, yang sedianya
ditujukan ke Nadya, malah jatuh ke tangan Rini. Rini yang naksir Reyhan,
anak pemilik pesantren, mengira surat cinta itu berasal dari Reyhan.
Selain itu, terjadi kehebohan karena ulah orang bertopeng, yang
berkeliaran di pesantren pada waktu malam, dan diduga maling. Orang itu
sempat berkelahi dengan Nadya.
Episode 22
Tini dan Bondang kini berpacaran mesra, sehingga perilaku Tini menjadi
tidak seperti biasanya di pasar. Alim menyambangi Ningrum di pasar, dan
memberikan hadiah obat dari Cina. Tanpa disadari, Ningrum mulai
menunjukkan rasa suka dikunjungi Alim, sehingga ia digodai oleh Tini.
Ustadz Zaqi, yang berbelanja beras untuk keperluan pesantren, juga ke pasar sehingga bertemu Ningrum.
Pak Bimo, tukang kredit yang juga ada hati pada Ningrum, tidak mendapat
perlakuan manis dari Ningrum. Bimo mengira, ini pasti karena pengaruh
adanya Alim.
Gara-gara Alim terlambat menjemput anaknya, Putri pulang sendiri. Tasnya
dijambret dua anak bandel. Tetapi Putri ditolong oleh Adam dan Fahmi,
yang berhasil merebut lagi tas itu. Adam, Fahmi, dan Putri lalu jadi
bermain dan mengamen bersama.
Alim didamprat ibu mertuanya karena lalai menjemput Putri. Apalagi,
sepulang sekolah, Putri jadi demam. Ibu mertuanya juga menuding, Alim
mungkin ada main dengan wanita lain.
Episode 23
Gara-gara bertemu seorang pencari bakat alias koordinator artis figuran,
Maeng dan Nengsi mengikuti audisi di sebuah stasiun TV, untuk memilih
beberapa pemain sinetron. Tak terduga, justru karena tampilan apa
adanya, keluguan, dan kekikukannya, mereka berdua terpilih. Maeng malah
ditawari ikut pergelaran musik Ramadan, dengan syarat harus mengubah
penampilan jadi macho dan jantan.
Ayu, si copet cantik, mencopet dompet milik seorang karyawan stasiun TV.
Tetapi, ingat pesan dan nasehat Satrio, ia insyaf dan mengembalikan
dompet itu ke si pemiliknya. Tak terduga, Ayu malah ditawari ikut
casting untuk jadi pemain sinetron juga.
Di pesantren, para peserta Pesantren Kilat (sanlat) menyiapkan masakan
berbuka puasa dengan memasak sendiri. Putra kyai, Reyhan, diam-diam
selalu memperhatikan Nadya. Di sisi lain, Damar mencari-cari kesempatan
untuk melihat Nadya, tetapi ia malah kepergok Gita. Damar terpaksa
pura-pura. Ia bilang ingin melihat Gita memasak.
Episode 24
Satrio merasa resah dengan pekerjaan barunya sebagai koordinator demo.
Dulu ia disuruh menggelar demo anti-pemerintah, tetapi kini ia diminta
menggelar demo yang pro-pemerintah. Ini tak sesuai dengan suara hati
nuraninya, meski ia dibayar mahal.
Karena sering menunggak SPP, Adam dan Fahmi diberi surat peringatan oleh Tata Usaha untuk diserahkan ke orangtua.
Ningrum mulai mengharapkan dikunjungi Alim. Tetapi Ningrum kecewa ketika
mendengar bahwa Alim sudah beristri, sehingga merasa bersalah dengan
perasaan itu. Alim sendiri, meski mulai ada hati pada Ningrum, selalu
terbayang pada peristiwa kecelakaan yang membuat istrinya Anggi
menderita lumpuh. Alim merasa berdosa.
Karena ingin bertemu Ningrum, Ustadz Zaqi mencari alasan untuk bisa ke
pasar. Tetapi Nyai tidak merasa ada kebutuhan pesantren yang harus
dibeli di pasar. Gara-gara salah paham, mengira Ustadz Zaqi mau
mendekati Tini, Bondang melabrak Ustasdz Zaqi. Sementara itu, ketika
Alim sibuk dengan urusan keluarga, anak buah Alim –Ratno dan
Joni—mengintimidasi pedagang agar segera pindah lokasi.
Episode 25
Sejak lulus casting, Maeng, Nengsi dan Ayu berlatih olah fisik dan
vokal, untuk memainkan peran dalam seni pertunjukan yang mereka pilih.
Peserta Pesantren Kilat (sanlat) melakukan tadabur alam dipimpin Ustadz
Zaqi, Reyhan dan Sabila. Damar dan Rio dihukum membersihkan WC, karena
mengirim surat ke santriwati, tapi mereka boleh ikut tadabur alam.
Ketika menyeberangi sungai dengan tambang, pegangan Gita terlepas, dan
tubuhnya terseret arus. Untunglah, ia ditolong oleh Nadya. Karena
kejadian ini, Gita dan Nadya --yang biasanya tidak pernah akur-- kini
berbaikan.
Gangguan penyakit Anggi kambuh, sehingga sempat membikin cemas Alim,
Putri, dan ibu Anggi. Sesudah serangan penyakit mereda, ibu Anggi atau
mertua Alim kembali mendamprat Alim, yang dianggap sebagai suami yang
kurang memperhatikan istri.
Fahmi ditemani Adam, menjenguk Nadya di pesantren. Nadya dinobatkan
sebagai santriwati peserta sanlat terbaik, tapi ia ingin pulang,
mendengar kabar ibunya sakit. Ketika pulang, Nadya melihat pasar
terbakar. Waktu mau menolong seorang bocah dalam kebakaran itu, Nadya
tertimpa musibah. Atap yang terbakar menimpa tubuhnya, sehingga luka
bakar parah.
Episode 26
Nadya harus masuk rumah sakit. Wajahnya menderita luka bakar parah.
Reyhan merasa bersalah, karena dia yang mengizinkan Nadya pulang dari
pesantren. Ustdaz Zaqi, Kyai, dan Nyai menjenguk ke RS. Zaqi mengontak
Ibu Ida agar memberitahu Ningrum tentang musibah itu. Ningrum, Satrio,
Ibu Ida pun ramai-ramai ke RS.
Nenek Adam sakit dan oleh Adam dan Fahmi secara kebetulan dibawa ke RS
yang sama. Mereka sempat repot karena dimintai uang muka perawatan oleh
RS, padahal Adam tak punya uang. Nengsi dan Maeng juga menyusul,
menjenguk nenek Adam di RS. Karena sakitnya, nenek Adam tak tertolong
dan meninggal di RS.
Episode 27
Adam menangisi kematian neneknya. Ini membuat Maeng dan Nengsi ikut sedih.
Sementara itu, Ningrum sangat prihatin atas musibah kebakaran, yang
membuat Nadya luka parah. Gita, yang kini sudah berbaikan dengan Nadya,
bersama Rini, Maya, Restu, dan teman-teman lainnya menjenguk Nadya di
RS.
Satrio pergi ke pasar, mencari sisa-sisa kios Ningrum yang masih bisa
diselamatkan. Saat itu, para pedagang yang emosi nyaris memukuli Mang
Usep, karena Mang Usep tak bisa mempertanggungjawabkan uang para
pedagang, yang sedianya untuk menggalang demo antirelokasi. Satrio yang
mencoba menengahi, akhirnya malah didaulat untuk jadi pemimpin demo.
Di sekolah, kepala sekolah menegur Bu Ida karena Bu Ida membela siswa
yang mau memakai jilbab. Mereka terancam dikeluarkan dari sekolah. Bu
Ida balas mengancam, jika para siswa itu dikeluarkan dari sekolah, Bu
Ida juga akan mundur.
Si pencopet cantik yang sudah insyaf, Ayu, tak sengaja bertemu Maeng.
Maeng pun merasa mendapat petunjuk dari Allah, untuk kembali menjadi
laki-laki sejati, bukan banci.
Episode 28
Para siswa teman Nadya berdemo, memprotes larangan berjilbab yang
diterapkan kepala sekolah. Gita mengancam, akan membocorkan bahwa Kepala
Sekolah naksir Bu Ida. Gita dan Rini juga berinisiatif mengadakan
saweran, untuk biaya pengobatan Nadya.
Sementara itu, para pedagang juga berdemo di kantor Alim. Ketika Alim
keluar, Satrio kaget. Ia baru tahu, Alim adalah orang yang ditugasi
merelokasi pasar. Satrio curiga, Alim selama ini pura-pura mendekati
Ningrum sekadar untuk mencari informasi. Alim berjanji, akan mengusut
kebakaran pasar dan tidak akan merelokasi pasar sampai para pedagang
selesai berlebaran dan mudik.
Ningrum menegur Fahmi, yang selama ini diam-diam jadi pengamen untuk
menambah penghasilan. Tapi saat itu Pak Bimo datang dan menagih utang.
Bimo memanfaatkan kesulitan keuangan Ningrum, agar janda itu mau
menerima dirinya.
Alim mengajak putri menjenguk Nadya di RS. Ia mau membantu membayar
biaya pengobatan Nadya. Tapi Satrio memojokkan Alim. Ketika tahu Alim
adalah kepala proyek relokasi pasar, Ningrum pun menolak pertolongan
Alim. Pulang ke rumah, istri Alim yang menderita lumpuh, Anggi, cemburu
mendengar kunjungan Alim ke Ningrum di RS.
Episode 29
Kyai, Nyai dan Ustadz Zaqi menemui Ningrum di RS dan memberi bantuan
uang untuk pengobatan Nadya. Nadya sudah boleh pulang untuk rawat jalan
di rumah. Ustadz Zaqi, yang sudah serius jatuh hati pada Ningrum,
meminta restu Kyai untuk menikah.
Bu Ida nekad mengenakan jilbab ke sekolah, tetapi Kepala sekolah
ternyata tidak berani memecat Bu Ida. Satrio kebetulan bertemu Bu Ida
yang mau menjenguk Nadya di RS, dan menyatakan perasaannya. Bu Ida pun
menerima Satrio sebagai pasangannya.
Nadya memenangkan lomba karya tulis. Dengan uang hadiah lomba itu, Nadya
bisa menebus cincin ibunya yang digadaikan, juga membelikan baju baru
untuk Satrio, Ningrum, Fahmi dan adam. Ketika Ningrum mau membayar biaya
perawatan Nadya di RS, ternyata biaya itu sudah dibayar lunas oleh
Alim.
Maeng dan Nengsi pulang kampung pas malam takbiran. Maeng sudah insyaf
dan serius mau meninggalkan dunia banci. Adam, yang kini sudah tak punya
siapa-siapa lagi, memutuskan ikut Maeng pulang kampung.