Sinopsis:
Gadis adalah cewek cantik, pintar, supel, kaya tapi tidak sombong
sehingga selalu mengundang decak kagum cowok-cowok disekolahnya. Bahkan
karena prestasinya di berbagai kegiatan sekolah, dia terkenal hingga ke
sekolah lain.
Gadis bersahabat dengan salah satu siswa dikelasnya Randy yang
ganteng, pintar, kayak, baik, pendengar dan pemberi masukan yang
menyejukan. Persahabatan mereka dilatar belakangi karena sama-sama suka
buku-buku pujangga Khalil Gibran serta kedekatan keluarga mereka yang
sudah saling mengenal sejak mereka kecil.
3 tahun sudah persahabatan mereka terbina, suka duka dialami bersama
sampai-sampai Randy menjadi orang yang paling Gadis percaya untuk
menjadi tempat bercerita tentang yang terjadi dalam kehidupan
pribadinya. Kedua orang tua masing-masing yang memang berteman baik
sudah tahu dan mahfum dengan persahabatan putra-putri mereka.
Sudah banyak cowok yang pernah menjadi kekasih Gadis mulai Johan
(posesif), Resnu (materialistis), Dhika (pecandu narkoba), Galih
(playboy kacangan), sampai Andrew (beda agama). Semua cowok yang hadir
dalam kehidupan Gadis diketahui Randy karena Gadis selalu menceritakan
kepada sang sahabat.
Tak terasa kelulusan SMA sudah dekat dan dengan berakhirnya ujian,
semua mulai sibuk merencanakan kuliahnya. Randy yang memang hobi menulis
buku harian mulai galau karena berarti akan segera berpisah dengan
sahabatnya yang juga ternyata adalah cewek yang selama ini dicintainya.
Tanpa sepengetahuan Gadis, diam-diam Randy mencurahkan perasaannya
pada Gadis melalui buku harian karena ia sangat takut kalau sang sahabat
tahu dan cintanya bertepuk sebelah tangan. Randy tidak ingin Gadis
menjauhinya.
Hartono dan Nina yang adalah ayah dan ibu Randy sangat mengenal putra
sulungnya yang cenderung introvet dan berbeda dengan adiknya Rara yang
lebih ceplas ceplos. Mereka sudah mencium adanya perasaan Randy yang
spesial pada Gadis yang sudah dianggap seperti anak sendiri, namun
mereka tak mau ikut campur.
Sementara itu, Danny dan Intan orangtua Gadis sangat ingin melihat
masa depan anaknya gemilang dengan mendapatkan kehidupan serta pasangan
yang juga sepadan. Karena itu, tak jarang mereka menjodohkan sang putri
dengan anak relasi-relasinya yang sudah berhasil kuliah di luar negeri.
Kedua orang tua Gadis mengenal Randy sebagai sahabat sejati anaknya,
mereka sudah menganggap Randy sebagai anak. Walau kenal baik dengan
orangtua Randy yang juga kaya dan berpendidikan, mereka tidak berani
menjodohkan Randy dengan Gadis, karena setiap ditanyakan, Gadis hanya
menganggap Randy sebagai sahabat.
Itu pula yang membuat orang tua Gadis memutuskan untuk menjodohkan
putrinya dengan Charly putra tunggal relasi ayahnya yang sudah
menyelesaikan kuliah di Inggris. Selain sudah bekerja dan menetap
disana, Charly juga tampan dan keluarganya ingin melihat putranya punya
momongan.
Karena berulangkali gagal dalam pacaran, Gadis akhirnya pasrah
mengetahui orang tuanya akan menjodohkannya. Harapannya adalah tidak
langsung menikah setelah tunangan supaya ada ruang untuk tetap
melanjutkan Kuliah di Inggris sambil mengenal Charly lebih jauh.
Keputusan itu diceritakan pada sahabatnya Randy, yang langsung terpukul.
Randy menyesal kenapa tidak berani berterus terang, sekarang semuanya
sudah terlambat. keputusan Gadis dan keluarganya sendiri sudah bulat,
bahkan pertunangan sudah berlangsung dan tinggal satu minggu lagi Gadis
akan meninggalkan Indonesia menuju Inggris bersama Charly.
Siapa sangka selama masa pengenalan, Gadis menemukan banyak
ketidakcocokan antara dirinya dan Charly. Apalagi, ternyata Charly kasar
dan otoriter bahkan tak jarang cenderung mengancam dan memaksa untuk
mendapatkan keinginannya. Namun, pemuda itu bisa menutupi dengan
bersikap manis (munafik) didepan kedua orangtua Gadis.
Tidak mau melukai orang tuanya, Gadis cuma bisa membayangkan kenangan
indah bersama sang sahabat, dan sadar kalau tidak ada satupun laki-laki
yang mengerti dirinya melebihi Randy. Hari begitu cepat berlalu, dan
waktu keberangkatan akhirnya tiba, Gadis gelisah menunggu Randy yang
janji akan mengantar kepergiannya.
Di rumah, Randy bimbang antara pergi dan tidak. Berkat dukungan dari
adiknya, Randy pergi dengan tekad mengutarakan perasaannya dan merelakan
Gadis-nya pergi. Setelah mengungkapkan perasaannya walau kemungkinan
bertepuk sebelah tangan, Randy tidak peduli karena yang terpenting ia
telah jujur.
Di bandara, Randy berlari mengejar waktu untuk bisa menemui belahan
jiwanya. Tinggal selangkah lagi menuju pintu keberangkatan, Gadis
tesentak mendengar sebait kata-kata romantis dikutip dari Karya Kahlil
Gibran. Saat itu juga Gadis tahu bahwa takdir cintanya adalah Randy.
(nadas-online/indosiar.com/mdL)
Sinema Dini Hari: Cintaku Sahabatku
Sila klik di sini untuk mengikuti kisah Sinema Dini Hari: Cintaku Sahabatku
Sambung baca di:
http://www.indosiar.com/
Courtesy of:
http://www.indosiar.com/
HAMID M NUR MOVIE Channel Channel
No comments :
Post a Comment