Sinopsis
Bunga dan Gilang udah pacaran cukup lama. Sekali waktu, Gilang
memperkenalkan Bunga ke Andre, sepupunya yang baru datang dari
Yogyakarta. Rencananya, Andre ingin pindah sekolah ke Jakarta karena
sang ayah pindah tugas ke kota itu.
Entah kenapa, begitu melihat Bunga, Andre langsung gugup bahkan
hampir jatuh dari duduknya. Bunga dan Gilang kaget dan bingung. Andre
bilang ga papa, tapi kegugupannya berlanjut dan makin serba salah.
Gilang dan Bunga makin bingung.
Tapi meskipun terus didesak, Andre tetep bilang ga papa. Andre
berubah menjadi kacau sejak pertemuan itu. Dia berubah jadi pemurung dan
senang menyendiri. Sia-sia Gilang dan Bunga nyari penyebabnya. Andre
tidak mau terbuka.
Tapi akhirnya rahasia itu kebongkar juga. Ponsel Andre ketinggalan di
rumah Bunga. Iseng-iseng membuka-buka ponsel itu, Bunga kaget saat
melihat foto-foto di ponsel Andre ternyata semuanya adalah foto dirinya.
Saat mengembalikan ponsel, Bunga langsung bertanya ke Andre, "Kenapa
foto-fotoku ada di hp kamu?" Giliran Andre yang kaget, namun cowok itu
akhirnya terpaksa berterus-terang dan menuturkan semuanya dengan penuh
kesedihan.
"Itu sama sekali bukan kamu, Bunga, tapi Luna mantan cewekku yang
meninggal ketabrak mobil dua taun lalu. Makanya, waktu Gilang ngenalin
kamu, aku langsung gugup. Aku pikir kamu itu reingkarnasi dari Luna. Aku
gak pernah bisa ngelupain dia sampe sekarang."
Bunga begitu trenyuh dan berusaha menghibur. "Jangan sedih. Yang udah
pergi gak akan kembali. Kamu harus segera nyari pengganti Luna, biar
kamu bisa ngelupain dia."
"Aku gak mo dia terbunuh dua kali. Jasadnya udah ke langit, aku gak
mo ngebunuh kenangannya juga. Aku ingin dia tetap ada. Biarlah aku tetap
seperti ini. Biarlah setiap hari aku melihat jelmaan Luna dalam diri
kamu. Meski sekedar memandang, aku akan berusaha bahagia."
Bunga makin sedih sekaligus juga kagum dengan kesetiaan Andre, lalu ia memeluk Andre. "Aku akan selalu berusaha ngibur kamu."
Andre balas meluk. "Luna…"
Gilang datang, Dari kejauhan dia langsung terkejut dengan adegan itu
dan memutuskan untuk langsung pergi dengan mobilnya. Bunga dan Andre
kaget mendengar suara mobil Gilang yang meraung-raung. Bunga berusaha
mengejar, Tapi Gilang udah menghilang.
Sejak itu, Gilang jadi marah pada Andre dan Bunga. Keduanya berusaha
menjelaskan, namun Gilang tetap ga mo terima. "Jangan ngarang-ngarang
deh! Kalian belom lama saling kenal, tapi udah berani maen
peluk-pelukan. Gak mungkin kalo di antara kalian ga ada apa-apa! Lagian
mana mungkin di dunia ini ada orang yang sama persis?!"
Di sekolah, Gilang digandrungi Aurel yang cantik dan tajir. Kemanapun Gilang pergi, Aurel selalu mengikuti.
Dulu, sebelum peristiwa itu, Gilang selalu menghindar dari Aurel,
meski tetap bersikap baik. "Percuma lo ngejar-ngejar gue. Sampe
kapanpun, hati gue gak bakal bisa lo sentuh," kata Gilang.
Tapi
Aurel pantang mundur, "Gak masalah kalo lo punya keyakinan seperti itu.
Tapi gue selalu menganggap hidup sebagai sebuah game. Dan gue selalu
berusaha untuk memenangkan game itu. Kalopun kalah, gue selalu bisa
kembali memulainya dari awal untuk memenangkan babak selanjutnya."
Aurel akhirnya bisa merasa jadi pemenang. Saat Gilang goyah dengan
Bunga dan butuh pelarian, Aurel jadi orang yang jadi pelabuhannya
meskipun hati Gilang tetep hanya untuk Bunga.
Kini giliran Bunga yang cemburu melihat kemesraan GILANG dan BUNGA.
Gadis itu jadi sedih dan selalu murung. Andre yang melihat itu jadi
kasihan, "Gak seharusnya kamu bernasib seperti ini. Ini semua gara-gara
aku."
"Kamu sama sekali gak salah. Aku yakin, suatu saat Gilang akan nyesel
dan kembali ke aku." Keyakinan Bunga memang benar. saat Ibu Andre
berkunjung ke rumah Gilang, ia kaget melihat di rumah itu banyak
foto-foto Bunga. Lho! Kenapa di sini banyak foto Luna?
Gilang jadi kaget, "Kalo gitu Andre dan Bunga bener. Gue udah salah
besar karena ngianatin Bunga." Gilangpun akhirnya minta maaf ke Bunga.
Hubungan mereka jadi kembali mesra.
Giliran Aurel yang marah karena merasa cintanya kembali direbut.
Bagaimanapun, dia harus bisa kembali ngambil Gilang dari Bunga. Lalu
Aurel ngelakuin berbagai upaya, termasuk berusaha mencelakakan Bunga.
Tapi upaya-upaya itu gak pernah berhasil.
Sekali waktu, saat Gilang baru pulang jalan bareng dengan Bunga,
tiba-tiba ia muntah-muntah tanpa didahului oleh rasa mual dan disusul
dengan kepala pusing serta demam tinggi. Esoknya, ibu dan ayah Gilang
membawanya untuk diperiksa ke dokter. Dari hasil pemeriksaan darah,
Gilang divonis kanker otak. Gilang langsung shock.
Seluruh keluarga jadi sedih, tapi Gilang tetap berusaha tegar
terutama di depan Bunga. Gilang sengaja menyembunyikan penyakit itu dari
Bunga. Bahkan ke seluruh orang yang ada di rumah, Gilang mewanti-wanti
untuk tidak menceritakan penyakitnya baik ke Bunga maupun Andre.
Gilang merasa hidupnya gak akan lama lagi, tapi dia tidak mau melihat
Bunga sedih. Sebelum mati, dia ingin berbuat sesuatu yang terbaik : dia
ingin Bunga mendapatkan pengganti dirinya yang akan bisa
membahagiakannya. Gilang yakin, hanya Andre-lah satu-satunya cowok yang
bisa dipercaya.
Gilang minta ijin ke dokter, agar dia gak buru-buru masuk ruang
perawatan. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Untuk itu, Gilang
minta obat penawar sakit untuk beberapa hari. Sekali waktu, Gilang
memberikan kado ultah buat Bunga. Saat kado dibuka, Bunga menemukan
sepucuk surat.
"Aku sangat mencintaimu, Bunga. Tapi aku gak mungkin nerusin hubungan
sama kamu. Tiba-tiba saja aku merasa kalo kita gak cocok. Aku akan
pergi jauh dan jangan cari aku. Ambillah Andre sebagai penggantiku. Dia
lebih keren dariku dan aku jamin gak akan ngecewain kamu."
Bunga kaget dan marah. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana
mungkin pikiran Gilang bisa berubah sesaat tanpa alasan? Apa semuanya
karena Andre? Bunga merobek-robek surat itu dan pergi menemui Andre,
yang sangat kaget ketika gadis itu marah-marah dan menuduhnya sebagai
penyebab kehancuran hubungan gadis itu dengan Gilang.
"Lho! Kok aku? Jujur, aku memang menyukaimu karena melihat Luna ada
di wajah kamu. Tapi perasaanku hanya sebatas itu. Dan aku gak mungkin
menghancurkan sodaraku sendiri hanya karena cewek. Seharian ini aku gak
ketemu Gilang dan gak bisa kontak dengannya."
Akhirnya mereka sepakat datang kembali ke rumah Gilang bersama-sama.
Di sana, hanya ada ibu Gilang yang bernama Tante Stella yang tengah
bersedih. "Temukanlah cowok lain yang lebih pantas. Gilang gak baik buat
kamu, nak… sungguh…!" ujar tante Stella.
Sudah tentu Bunga tidak terima dengan omongan Tante Stella dan terus
mendesak, tapi wanita itu malah menangis dan tetap tidak mau buka mulut.
Bunga dan Andre kebingungan. Tiba-tiba Suci adik Gilang muncul sambil
menangis, memberi tahu kalo keadaan Gilang sudah gawat. Semua kaget dan
langsung berangkat ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, ternyata Gilang sudah dalam keadaan kritis.
Nafasnya satu-satu dan berat, grafik di monitor sudah tidak beraturan.
Keruan saja, Bunga dan Andre langsung berhambur memeluk Gilang sambil
menangis.
Perlahan-lahan GILANG membuka matanya, kaget sebentar kemudian
senyum. "Aku sengaja gak ngasih tau kamu, karena aku gak mo ngeliat kamu
sedih karena keadaanku ini." Gilang meraih tangan Andre dan Bunga untuk
disatukan dan digenggamnya kuat-kuat.
Ia memaksakan diri untuk tersenyum, "Ndre.. tolong kamu jaga Bunga,
ya? Aku tetap bersama kalian…" Perlahan-lahan pegangan tangan Gilang
mengendur dan matanya terpejam untuk selamanya.
Saat penguburan usai dan orang-orang sudah pergi, BUNGA masih
bersimpuh di sisi kuburan sambil menitikkan air mata. Tak jauh dari
sana, Andre berdiri menunggu Bunga sambil bergumam, "Gilang.. gue janji
akan jaga Bunga dengan baik. Meski gue yakin, gak akan pernah bisa
gantiin kedudukan lo di hatinya…"
(nadas-production/indosiar.com/mdL)
FTV Pagi Bunga untuk Andre
Sila klik di sini untuk mengikuti FTV Pagi Bunga untuk Andre
Courtesy of:
http://www.indosiar.com/
HAMID M NUR MOVIE Channel
No comments :
Post a Comment